Jangan Menikah Jika untuk Berpisah!

Sep 29, 2024 - 23:04
Sep 29, 2024 - 23:08
 0  21
Jangan Menikah Jika untuk Berpisah!
Penulis: Ali Wafa (Seorang Pegiat Literasi Asal Sampang, Jawa Timur)**

JAWA DWIPA - Bagi saya, pernikahan adalah proyek Tuhan, bukan proyek manusia. Allah menyatukan dua manusia dari latar belakang berbeda, dari darah yang berbeda, dari adat istiadat yang berbeda, dari watak dan karakter yang juga berbeda. Allah mempertemukan keduanya, kemudian Allah mengikat keduanya dengan sebuah akad ijab dan qabul. Dari yang semula haram menjadi halal. Dari yang semula dosa menjadi pahala. Dari yang semula kotor menjadi suci. Dari yang semula hina menjadi terpuji.

Oleh karena pernikahan adalah proyek Tuhan, maka tidak sepantasnya manusia merusak sebuah pernikahan dalam situasi dan kondisi apapun. Ketika Allah yang menyatukan, maka hanya Allah yang berhak memisahkan. Oleh sebab itu, saya berprinsip dan berkeinginan untuk hanya menikah sekali seumur hidup. Tidak berpisah dalam situasi dan kondisi apapun. Pernikahan adalah tanggung jawab, pernikahan adalah amanah yang harus senantiasa dijaga dan dirawat oleh sepasang suami istri.

Karena pernikahan sesakral itu, maka ujian dan cobaan akan selalu menyertainya. Baik ujian pranikah, maupun ujian pascanikah. Barang siapa mampu tabah dalam melalui ujian, maka dia akan lulus dengan gelar sakinah, mawaddah, warahmah. Tidak hanya dapat gelar itu, jika lulus melalui segala ujiannya, maka insyaAllah juga akan mendapat predikat cumlaude berupa husnul khatimah.

Saya memercayai, bahwa tidak ada kebahagiaan yang lebih tinggi di dunia ini daripada terbentuknya sebuah keluarga dan rumah tangga yang sakinah, mawaddah, warahmah. Keluarga yang senantiasa dikaruniai ketenangan, ketentraman dan ketaqwaan. Sehingga yang membuat bahagia bukanlah rumah mewah yang bertingkat, bukanlah mobil mewah yang mengkilap, juga bukan harta benda yang meningkat.

Saya memahami pernikahan sebagai sebuah gapura kehidupan yang sebenarnya. Setelah memasuki gapura pernikahan, kita akan menemui dua pintu besar. Yakni pintu duniawi dan pintu ukhrawi. Pintu-pintu itu hanya dapat dibuka dengan seperangkat kunci serbaguna. Kuncinya yaitu sakinah, mawaddah, warahmah. Keluarga yang sakinah akan menciptakan ketenangan dan ketentraman di dalam rumah tangga. Keluarga yang mawaddah akan senantiasa memenuhi rumah tangga dengan cinta dan kasih sayang. Keluarga yang mendapat rahmah akan dihiasi dengan ketaqwaan dan senantiasa mendapat petunjuk serta ridho dari Allah.

Jika seperangkat kunci itu sudah dimiliki, maka pintu duniawi akan terbuka. Di balik pintu duniawi itu kita akan menemukan limpahan rezeki yang halal, ilmu yang bermanfaat, kita juga akan menemukan karunia pangkat dan derajat dari Allah. Setelah itu, kita akan menjumpai pintu ukhrawi. Di balik pintu ukhrawi ini, kita akan menemukan hidayah Allah, kita akan menemukan ridho Allah, dan kita juga akan menemukan surganya Allah.

Lalu bagaimana untuk bisa memiliki seperangkat kunci serbaguna di atas? Salah satu cara untuk dapat memiliki kunci tersebut yaitu suami dan istri harus memiliki bekal iman yang kuat. Iman adalah orientasi dari taqwa. Taqwa adalah implikasi dari iman. Dengan iman dan taqwa maka suami dan istri akan memiliki pandangan yang sama serta cara yang sama dalam menentukan arah jalan menuju sakinah, mawaddah, warahmah.

Dengan iman dan taqwa suami dan istri akan memiliki visi yang sama dalam menghiasi rumah tangga dengan perilaku-perilaku positif yang dapat meraih ridho Allah. Dengan iman dan taqwa maka di dalam hati suami dan istri akan tertanam sebuah keyakinan dan kepercayaan bahwa satu sama lain tidak akan melakukan hal-hal yang dilarang oleh syariat Islam.

Kemudian cara lainnya untuk mendapatkan seperangkat kunci serbaguna itu, adalah dengan memainkan peran sebagaimana fitrahnya. Suami dan istri harus profesional dalam memainkan perannya di dalam rumah tangga. Suami harus teladan menjadi imam, sedangkan istri harus loyal menjadi makmum. Keduanya harus saling menghargai satu sama lain. Harus saling memaklumi satu sama lain. Harus saling mengerti satu sama lain. Harus saling merendah satu sama lain. Harus saling mendingin satu sama lain.

Ketika suami menjadi api, istri harus menjadi air. Ketika istri menjadi api, suami harus menjadi air. Ketika keduanya sedang berbeda, maka berusahalah menjadi titik sama. Meski suami adalah imam, tapi bukan berarti suami itu malaikat yang tidak bisa salah. Meski istri itu makmum, bukan berarti istri itu iblis yang tidak pernah benar. Keduanya adalah sepasang manusia yang bisa salah dan bisa benar.

Maka seyogyanya, suami dan istri harus saling mengapresiasi dan saling mengingatkan. Yang benar harus diapresiasi, dan yang salah harus diingatkan. Jangan hanya ketika salah saja dikoreksi, tapi ketika benar dianggap biasa. Usahakan mentradisikan prinsip reward and punishment: apresiasi dan koreksi. Harus ada koreksi, tetapi jangan lupa juga harus ada apresiasi. Koreksi disampaikan dengan cara yang benar dan di waktu yang tepat.

Jangan mengoreksi pasangan di muka umum, dan koreksilah dengan mengingatkan menggunakan kalimat yang santun dan nada yang lembut, sehingga tidak menyakiti perasaan pasangan. Koreksi juga harus dilakukan di waktu yang tepat. Saat pikiran dan hati sedang tenang yang sekiranya koreksi itu dapat sampai dan diterima oleh pasangan dengan hati dan logikanya.

Dengan pernikahan yang sakinah dan mawaddah akan mampu meraih rahmah dari Allah. Tidak hanya rahmah untuk kepentingan ukhrawi, tetapi juga rahmah untuk kepentingan duniawi. Keluarga yang sakinah dan mawaddah akan melahirkan suasana yang harmonis serta penuh cinta dan kasih sayang. Ketika rumah tangga harmonis dan dipenuhi cinta kasih, maka setiap persoalan kehidupan akan mampu diselesaikan dengan mudah.

Dalam rumah tangga yang sakinah dan mawaddah Allah tidak menjanjikan rumah tangga yang tanpa persoalan, tetapi Allah menjanjikan rumah tangga yang kuat dan mampu menyelesaikan setiap persoalan. Keluarga yang harmonis dan penuh cinta kasih akan menjadi magnet bagi limpahan rezeki duniawi. Namun sebaliknya, rumah tangga yang tidak sakinah, tidak mawaddah, tidak harmonis dan tidak ada cinta kasih di dalamnya akan dihadapkan dengan persoalan-persoalan yang kita sendiri tidak diberi kemampuan untuk menyelesaikannya.

Rumah tangga yang harmonis akan menjadi seperti tempat yang bersih. Tempat yang bersih identik dengan suci dan wangi. Sebaliknya, rumah tangga yang tidak harmonis akan menjadi seperti tempat yang kotor. Tempat yang kotor identik dengan sampah, kuman, dan bau yang tidak sedap. Sederhananya, rumah tangga yang harmonis akan mudah menyelesaikan masalah. Tetapi rumah tangga yang tidak harmonis akan mudah menemukan masalah.

Rumah tangga yang harmonis menjadi embrio penyelesai masalah masalah kehidupan, sedangkan rumah tangga yang tidak harmonis akan menjadi sumber masalah kehidupan. Rumah tangga yang tidak harmonis akan menjadi cikal bakal munculnya setiap persoalan. Keluarga yang harmonis diwujudkan dengan rasa cinta, tanggung jawab, setia dan senantiasa berpegang teguh pada syariat Islam.

Setiap orang yang sukses, pasti ada rumah tangga yang di dalamnya penuh cinta dan kasih sayang. Sebaliknya, setiap orang yang hidupnya kerap bermasalah, di belakangnya ada rumah tangga yang keharmonisannya tidak terawat. Bahagiakan istri, bahagiakan suami, maka Tuhan beserta seisi alam akan bekerja sama untuk membahagiakan kita. Terakhir, mohon doakan agar penulis segera menemukan jodohnya, aamiin.

.                                                                    

** Penulis sedang berjuang menemukan cinta sejatinya.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow