Menelusuri Sejarah dan Filosofi Pagar Nusa: Dari Berdirinya Hingga Makna Lambangnya

Aug 10, 2024 - 17:09
Aug 15, 2024 - 06:40
 0  41
Menelusuri Sejarah dan Filosofi Pagar Nusa: Dari Berdirinya Hingga Makna Lambangnya
Menelusuri Sejarah dan Filosofi Pagar Nusa/(istagram/@selebgram.pagarnusa)

JAWA DWIPA - Pagar Nusa, organisasi pencak silat di bawah naungan Nahdlatul Ulama (NU), memiliki sejarah dan filosofi yang mendalam yang patut untuk dipahami.

Didirikan pada 3 Januari 1986 di Pondok Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, Pagar Nusa bertujuan untuk menggali, mengembangkan, dan melestarikan seni bela diri pencak silat Indonesia, khususnya di kalangan pesantren.

Nama "Pagar Nusa" sendiri mengandung makna "pagar" atau pelindung bagi NU dan bangsa Indonesia.

Lambang dan Filosofi Pagar Nusa

Lambang Pagar Nusa menampilkan kalimat "Laa ghaaliba illa billah" yang berarti "Tiada yang menang kecuali dengan pertolongan Allah."

Kalimat ini awalnya adalah "Laa ghaliba illallah" namun diubah atas usulan KH Sansuri Badhawi untuk menekankan kepasrahan kepada Allah.

Menurut KH Suharbillah, salah satu pendiri Pagar Nusa, kalimat ini mengandung makna bahwa kejayaan Islam yang dahulu ada di Cordova, Spanyol, diharapkan dapat berkembang di Indonesia.

Filosofi ini bertujuan agar anggota Pagar Nusa tidak merasa sombong atau takabur, melainkan selalu mengingat bahwa kemenangan adalah hasil dari pertolongan Allah.

KH Aizzudin Abdurrahman, Ketua Umum Pagar Nusa periode 2012-2017, menafsirkan lafadz tersebut sebagai bentuk kepasrahan tertinggi.

Meskipun seseorang memiliki keahlian atau kesaktian, ia tetap tidak boleh merasa sombong. Hal ini mencerminkan sikap rendah hati dan keyakinan bahwa kekuatan tertinggi adalah milik Allah.

Slogan lain yang sering diungkapkan oleh KH Maksum Jauhari, "Pantang menantang walau kepada lawan, pantang mundur kalau ditantang," mencerminkan semangat perjuangan yang sejalan dengan filosofi "Laa ghaaliba illa billah."

Sejarah Pendirian Pagar Nusa

Awal mula pembentukan Pagar Nusa dilatarbelakangi oleh keprihatinan para kiai NU terhadap penurunan minat dan peran pencak silat di pesantren.

Pencak silat yang dahulu merupakan bagian integral dari kehidupan pesantren mulai kehilangan tempatnya, sementara berbagai perguruan pencak silat bermunculan dengan berbagai aliran dan klaim.

Melihat kondisi ini, KH Suharbillah dan kiai-kiai lainnya memutuskan untuk mendirikan Pagar Nusa sebagai wadah untuk melestarikan dan mengembangkan pencak silat di bawah naungan NU.

Pada 27 September 1985, para tokoh pencak silat berkumpul di Pondok Pesantren Tebuireng, Jombang, untuk membahas pendirian Pagar Nusa.

Musyawarah ini menghasilkan Surat Keputusan Pembentukan Tim Persiapan Pendirian Perguruan Pencak Silat Milik NU.

Pendirian Pagar Nusa kemudian disahkan melalui Surat Keputusan NU tertanggal 9 Dzulhijjah 1406/16 Juli 1986. Nama Pagar Nusa diusulkan oleh KH Anas Thohir dan diambil dari usulan KH Mujib Ridlwan.

Pagar Nusa terus berkembang seiring waktu. Muktamar pertama diadakan pada 20-23 September 1991 di Pondok Pesantren Zainul Hasan, Probolinggo.

Muktamar ini membahas peraturan organisasi, teknis, dan jurus pencak silat.

Dalam perkembangan selanjutnya, pada Muktamar NU di Cipasung (1994), status Pagar Nusa berubah menjadi badan otonom, dan pada Muktamar NU di Lirboyo (1999), kembali menjadi lembaga.

Munas II Pagar Nusa pada 22 Januari 2001 di Taman Mini Indonesia Indah, Jakarta, dihadiri oleh perwakilan dari berbagai daerah.

Acara ini dibuka oleh Presiden KH Abdurrahman Wahid dan membahas berbagai agenda penting terkait organisasi dan teknik pencak silat. 

Saat ini, Pagar Nusa memiliki berbagai seragam yang melambangkan tingkatan dan peran dalam organisasi, mulai dari seragam atlet hingga seragam kebesaran.

Beberapa tokoh yang pernah memimpin Pagar Nusa termasuk KH Agus Maksum Jauhari, KH Suharbillah, KH Fuad Anwar, dan KH Aizzudin Abdurrahman. Kini, kepemimpinan dipegang oleh H M. Nabil Haroen.

What's Your Reaction?

like

dislike

love

funny

angry

sad

wow